Menteri ESDM Ungkap Empat Kendala Penggunaan Energi Baru Terbarukan

Tia Dwitiani Komalasari
6 November 2023, 16:48
Petugas melintasi unit Treated Distillate Hydro Treating (TDHT) Green Refinery PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) RU IV Cilacap, Jawa Tengah, Kamis (2/11/2023). KPI berkomitmen mewujudkan target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) 23 persen pada tah
ANTARA FOTO/Idhad Zakaria/foc.
Petugas melintasi unit Treated Distillate Hydro Treating (TDHT) Green Refinery PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) RU IV Cilacap, Jawa Tengah, Kamis (2/11/2023). KPI berkomitmen mewujudkan target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) 23 persen pada tahun 2025, dengan mengembangkan produk hasil olahan kilang yang lebih ramah lingkungan seperti Bioavtur - Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF) yang dikembangkan di Green Refinery Kilang Cilacap.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, mengatakan setidaknya ada empat hambatan yang menghalangi sejumlah negara menggunakan energi baru terbarukan (EBT). Oleh sebab itu, dibutuhkan inisiatif dan kerja sama yang melibatkan banyak negara untuk mengatasinya sehingga dunia bisa mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK). 

Dia mengatakan, seluruh negara di dunia telah berkomitmen untuk melawan perubahan iklim dan ikut serta bertanggung jawab dalam aksi global untuk mengurangi emisi GRK, termasuk Indonesia.

"Setiap negara berkontribusi terhadap emisi GRK, sehingga ini menjadi tanggung jawab global dalam melawan perubahan iklim," ujarnya saat menjadi pembicara dalam workshop bersama dengan Japan Cooperation Center Petroleum and Sustainable Energy (JCCP) bertajuk 'Joint Workshop for Economic Methods and Technology fo Zero Carbon Community' di kantor Sekretariat Jenderal Kementerian ESDM Jakarta, Senin (6/11).

Dia mengatakan, setiap negara memiliki sumber energi baru terbarukan. Namun, masih terdapat kendala-kendala untuk memanfaatkan sumber EBT tersebut menjadi energi utama yang digunakan di masing-masing negara, yaitu:

1. Teknologi untuk memanfaatkan sumber EBT

2. Dukungan industri dan infrastruktur yang mumpuni untuk mengelola sumber EBT

3. Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu mengerjakan dan menjalankan EBT

4. Pembiayaan dalam jumlah besar

"Akan membutuhkan biaya yang sangat besar untuk kegiatan dekarbonisasi," kata Arifin.

Maka dari itu, Arifin menyebut, semua dibutuhkan inisiatif dan kerja sama yang melibatkan banyak negara sehingga masalah-masalah tersebut bisa dihadapi bersama. Selain itu, dibutuhkan inisiatif-inisiatif dalam mendukung melawan perubahan iklim untuk membangun hidup yang lebih baru dan sehat bagi generasi yang akan datang.

Sementara itu, Chief Executive Officer (CEO) JCCP, Tsuyoshi Nakai, menyampaikan apresiasinya terhadap dukungan Kementerian ESDM pada acara workshop ini. Dia berharap kerja sama Kementerian ESDM dan JCCP dapat diperpanjang dan diperkuat di berbagai bidang.

"Saya harap workshop ini dapat bermanfaat kepada seluruh partisipan, khususnya dalam mengejar target net zero emission di Indonesia," ujarnya. 

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...